
Partai Rakyat Demokratik (PDP), yang merupakan Komite Pengurus Nasional, telah menyarankan para pemimpin di Tenggara untuk mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan ketakutan dan mengatasi keluhan masyarakat di wilayah tersebut.
Sekretaris Publisitas Nasional, Dayo Adeyeye, memberikan saran tersebut dalam sebuah wawancara dengan wartawan di Abuja pada hari Sabtu.
Mr Adeyeye memberikan wawancara ketika dia menerima delegasi dari Partai Komunis Tiongkok yang dipimpin oleh Dong Weihua, yang mengunjungi partai tersebut.
“Saya yakin IPOB boleh saja menjadi sebuah organisasi yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur muda.
“Elemen muda yang berupaya mengisi kekosongan yang mereka anggap diciptakan oleh para pemimpin mereka yang tidak mengambil langkah tepat untuk mengatasi keluhan mereka.
“Sekarang saatnya bagi para pemimpin untuk mengambil tindakan dan mengisi kesenjangan tersebut serta menghilangkan ketakutan masyarakat bahwa mereka tidak akan dianiaya atau dipinggirkan.
“Saya yakin para gubernur bertindak demi kepentingan terbaik negara,” katanya.
Adeyeye juga menyarankan para pemimpin IPOB untuk memperjelas tuntutan mereka serta taktik dan strategi mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut.
“Jika Anda mengatakan Anda tidak melakukan kekerasan, Anda tidak boleh terprovokasi untuk melakukan tindakan kekerasan.
“Mereka harus bisa mempelajari taktik yang digunakan oleh kelompok hak-hak sipil di Amerika Serikat.
“Jika Anda percaya pada nir-kekerasan, Anda harus mempelajari taktik yang digunakan oleh kelompok hak-hak sipil di AS yang dipimpin oleh Martin Luther King Jr. sehingga mereka tidak terprovokasi dalam keadaan apa pun.
“Ada kasus ketika Martin Lither dipukuli dan dipukuli selama perjuangannya, namun dia menolak bereaksi: ini adalah taktik non-kekerasan.
“Ini telah digunakan dengan sukses besar di banyak belahan dunia.”
Adeyeye, yang memuji langkah-langkah yang diambil Forum Gubernur Tenggara sejauh ini untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan, namun menyalahkan deklarasi IPOB sebagai kelompok teroris.
Dia mengatakan, bukan wewenang militer, melainkan wewenang NASS dan lembaga pemerintah terkait untuk menyatakan sebuah organisasi sebagai teroris.
“Saya yakin ada proses dan prosedur yang harus diikuti sebelum hal ini bisa dilakukan.
“Bukan wewenang organisasi mana pun, terutama militer, untuk secara sepihak menyatakan organisasi mana pun sebagai organisasi teroris.”
Mengenai rencana Kongres Semua Progresif untuk mengadakan dengar pendapat publik mengenai isu restrukturisasi, Adeyeye menggambarkannya sebagai taktik penundaan.
Ia mengatakan, tanggung jawab Majelis Nasional adalah menyelenggarakan dengar pendapat publik dan bukan tanggung jawab partai politik.
DI DALAM