
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet mingguan di kantornya di Yerusalem pada 11 Juni 2017. Ariel Schalit/AP/AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Minggu menyerukan PBB untuk menutup lembaga bantuan pengungsi Palestina, dengan mengatakan bahwa lembaga tersebut bertanggung jawab atas hasutan terhadap negara Yahudi.
Netanyahu mengatakan dia mengangkat masalah ini selama kunjungan utusan Washington untuk PBB Nicky Haley beberapa hari terakhir, yang menuduh PBB bias terhadap Israel.
“Saya mengatakan kepadanya bahwa waktunya telah tiba bagi PBB untuk mempertimbangkan kembali kelangsungan keberadaan UNRWA,” kantornya mengutip pernyataannya, merujuk pada badan bantuan dan kesejahteraan PBB.
Dia mengatakan bahwa sementara jutaan pengungsi lainnya di seluruh dunia dirawat oleh kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), hanya warga Palestina yang memiliki jenazahnya sendiri.
“Di lembaga-lembaga UNRWA ada banyak hasutan terhadap Israel,” kata Netanyahu dalam pertemuan kabinet mingguan.
Dia juga mengatakan keberadaan badan tersebut “melelurkan dan tidak menyelesaikan masalah pengungsi Palestina”.
Oleh karena itu, sudah saatnya UNRWA dibubarkan dan bagian-bagiannya digabungkan ke dalam UNHCR, tambahnya.
Chris Gunness, juru bicara UNRWA, mengatakan masa depan badan tersebut tidak dapat diputuskan secara sepihak.
“UNRWA menerima mandatnya dari Majelis Umum PBB dan hanya Majelis Umum PBB yang dapat, dengan suara mayoritas, mengubah mandat kami,” katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa majelis pada bulan Desember akan menyetujui mandat tersebut untuk perpanjangan tiga tahun berikutnya.
UNRWA mengelola ratusan sekolah untuk pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur yang dianeksasi Israel, Lebanon, Yordania dan Suriah.
Mereka juga mendistribusikan bantuan dan menyediakan pusat pelatihan guru, klinik kesehatan dan layanan sosial.
Israel memandang badan tersebut bias terhadap Israel dan staf Palestina sering kali bersikap bermusuhan.
Pada bulan Februari, negara Yahudi tersebut mengeluh bahwa ketua serikat staf UNRWA di Gaza aktif secara politik di kelompok Islam militan Hamas, yang menguasai jalur pantai tersebut.
Pada tanggal 1 Juni, UNRWA menemukan bagian dari terowongan Hamas yang berada di bawah dua sekolahnya di kamp pengungsi Maghazi di Jalur Gaza, kata badan tersebut.
Hamas membantah bahwa terowongan Maghazi dibangun, penemuan tersebut menuai kecaman dari UNRWA dan Israel.
Pada hari Jumat, Israel mengirimkan surat protes kepada Dewan Keamanan PBB terkait masalah tersebut.
Selama bertahun-tahun, Hamas telah membangun labirin terowongan, beberapa di antaranya berada di bawah perbatasan menuju Israel untuk melancarkan serangan.