
Koalisi Masyarakat Adat Bakassi telah meminta pemerintah Federal dan Cross River untuk menyelidiki kegiatan Komite Program Pemukiman Kembali Bakassi yang dibentuk pada tahun 2008.
Kelompok tersebut mengajukan permohonan pada hari Selasa di Bakassi, Wilayah Pemerintah Daerah Bakassi, saat memberikan pengarahan kepada wartawan tentang kondisi Pengungsi Internal, IDP, di kamp Ekpikan.
Ani Esin, koordinator koalisi, mengatakan komite yang dibentuk oleh Pemerintah Federal setelah penandatanganan Perjanjian Pohon Hijau pada tahun 2008 sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi berfungsi untuk kepentingan warga Bakassi yang kembali.
“Kami berterima kasih kepada Pemerintah Federal atas tanggapannya yang biasa terhadap penderitaan saudara-saudari kita yang kehilangan tempat tinggal melalui Komisi Nasional untuk Pengungsi, Migran dan Pengungsi Dalam Negeri.
“Namun, kami menyerukan kepada pemerintah federal dan negara bagian serta komunitas internasional untuk meluncurkan penyelidikan skala penuh terhadap program pemukiman kembali Bakassi yang dipimpin oleh Senator Florence Ita-Giwa dan aktivitasnya dari awal hingga saat ini,” katanya.
Menurut kelompok tersebut, penyelidikan yang tepat terhadap kegiatan program ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas kepada pemerintah kedua negara mengenai kesulitan yang dialami para pengungsi.
Kelompok ini lebih lanjut mengatakan bahwa seruan ini menjadi penting mengingat kondisi para pengungsi yang memburuk meskipun ada komitmen besar baik dari pemerintah negara bagian maupun federal melalui lembaga-lembaga mereka serta organisasi donor.
“Kami percaya bahwa penyelidikan skala penuh akan mengungkap banyak hal karena masyarakat kami sangat menderita di kamp tersebut. Saudara dan saudari kita meninggal setiap hari.
“Kondisi mereka sangat memprihatinkan, terlepas dari semua upaya dan masukan yang terpuji dari pemerintah dan mitra untuk meringankan penderitaan mereka,” kata kelompok tersebut.
Koalisi juga meminta pemerintah federal untuk membentuk komisi khusus urusan Bakassi untuk menangani semua masalah Bakassi, termasuk masalah kewarganegaraan; pemukiman kembali dan rekonstruksi.
“Saudara-saudari kita yang memilih bergabung dengan Republik Kamerun, keadaannya lebih baik; setiap kali kami mengunjungi mereka di negara lain, kami berpikir jika kami melakukan kesalahan dengan memilih untuk tinggal di Nigeria, karena cara kami diperlakukan. Sesuatu harus segera dilakukan,” katanya.
Kelompok ini juga mengimbau lembaga-lembaga pemerintah dan donor lainnya untuk selalu berhubungan langsung dengan para pengungsi di kamp yang akan merasakan dampak nyata, dibandingkan melalui perantara mana pun.
Koalisi ini bereaksi terhadap kontroversi baru-baru ini mengenai dugaan pengalihan sejumlah bahan bantuan yang diberikan oleh Komisi Nasional Pengungsi kepada pengungsi Bakassi oleh beberapa politisi di wilayah tersebut.